Wednesday, November 11, 2009

Ketulusan Ibu

Seorang ibu tampak tertidur lelah disova itu. Begitu banyak kepenatan yang dibawanya kealam tidur. Rutinitasnya melebihi orang kantoran. Bangun disubuh hari melaksanakan sholat dan lengkap dengan sunah-sunahnya. Begitu fajar mulai menampakkan diri beliau mulai menyiapkan sarapan buat keluarga tercinta yang masih sibuk dikamar masing2. Sarapan terhidang, beliau tidak serta ikut menikmatinya. Beliau kembali membereskan rumah yang masih dalam keadaan berantakan.
Rumah itu tidak begitu luas dan tidak pula diisi oleh suara anak kecil berlarian. Terlihat tenang , tentram dan damai. Dikala mentari sudah mulai meninggi beliau kembali sibuk didapur menyiapkan segala menu makan siang untuk suami tercinta yang sudah pensiun dari kerjaannya. Beliau tidak terlihat letih, tidak sedikitpun beliau berhenti bergerak karma akan ada saja yang dia kerjakan. Dikala siang, dimana orang2 sudah kembali sibuk dengan rutinitas beliau seharusnya bisa untuk tidur atau istirahat sejenak, tetapi tidak beliau malah berkotor-kotor ria dengan tanah dan kembang-kembang dihalaman rumah. Begitu suara azhan asar berkumandang beliau bergegas bersih-bersih dan menuju masjid.
Apakah beliau sudah berhenti?
Belum, sepulang masjid beliau bersiap lagi untuk pergi melakukan rutinitas sosialnya, arisan. Sungguh, terbuat dari apakah tubuhnya yang tidak mengenal lelah itu? Tetapi saat sosialitasnya itu merupakan istirahat jiwa baginya. Dan beliau selalu memastikan pulang sebelum semua orang sudah berada dirumah.
Dikala malam beranjak beliau kembali menyiapkan makan malam untuk seluruh keluarga. Tetapi beliau lagi-lagi tidak ikut bergabung makan, karena beliau sudah memiliki jam makan tersendiri.
Setelah semua keluarga selesai makan, beliau kembali beres-beres dan membersihkan semua sisa2 makanan. Seluruh anggota keluarga berkumpul sambil bercanda ria diruang tengah dan beliau terlihat bahagia melihat keharmonisan yang tercipta.
Istirahatkan beliau saat itu? Entahlah , dia terlihat duduk sambil memijit-kijit kakinya dengan obat herbal karena beliau sudah lama menderita penyakit asam urat, tetapi beliau tidak pernah mengeluh dengan penyakitnya itu.
Ketika dating seorang anak mengadukan segala kegundahan hatinya dan menceritakan kegagalan demi kegagalan yang dialaminya, sang ibu dengan penuh cinta mendengarkan dan dengan tulus memberikan semangat. Tidak sedikitpun menampakkan raut kekecewaan.
Dikala semua orang sudah kembali kekamar masing2 untuk beristirahat dan …. Ouhhhh lihatlah beliau tertidur lelap didepan televisi. Mukanya memancarkan raut ketulusan dan kebahagiaan. Itulah pengabdian seorang ibu yang tidak terbalaskan dengan apapun.


Kehidupan akan memberimu sesuatu yang sebanding dengan yang kamu berikan kepadanya, dan menghormatimu seperti kamu menghormatinya.

0 comments:

Post a Comment

 
The other side of me Blogger Template by Ipietoon Blogger Template